JANJI ROH KUDUS

Gambar
  JANJI ROH KUDUS Lukas 24:49 TSI [49] Dan kepada kalian Aku akan mengutus Penolong yang sudah dijanjikan Bapa-Ku. Tinggallah di kota ini sampai Allah memperlengkapi kalian dengan kuasa dari surga.” Pernahkah saudara dijanjikan sesuatu oleh Orang Tuamu? Mungkin akhir Minggu dijanjikan untuk dibawa pergi jalan-jalan, atau dibelikan mainan yang sudah lama saudara mau? Coba bayangkan perasaan menantikan janji itu. Pasti ada rasa kegembiraan tersendiri bukan? Saya mencoba membayangkan seberapa gembira dan semangatnya para rasul ketika Yesus menjanjikan tentang baptisan Roh Kudus yang akan datang. Setiap orang percaya yang sudah lahir baru, maka keselamatan mereka dimeteraikan oleh Roh Kudus dalam diri mereka (Ef. 1:13). Tetapi bukan ini yang dimaksud oleh Yesus dalam kitab Kisah Para Rasul ini, tetapi sebuah momen dimana orang percaya dikuasai dan diberdayakan oleh Roh Kudus untuk melayani dengan sebuah kekuatan yang ilahi. Para murid diminta untuk menantikan baptisan Roh Kudus ini unt...

MASALAH KEMARAHAN

 


Masalah Kemarahan

Matius 5:43-47 TB

[43]  Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. [44] Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. [45] Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. [46] Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? [47] Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? 

Selama dua hari terakhir, kita telah membicarakan tentang masalah kemarahan kita. Tetapi mengapa kita begitu marah? Mengapa begitu sulit melepaskan rasa tersinggung? 

Tidak ada satu jawaban mudah yang cocok untuk semua itu karena kemarahan bersumber dari banyak hal. Terkadang kemarahan adalah indikasi dari masalah yang lebih besar. Dalam hal ini, bijaksana untuk mendapat bantuan dari seorang konselor, pendeta, atau teman yang bisa dipercaya. 

Tetapi mari kita memperhatikan kemarahan berkelompok yang kita alami dalam budaya kita. Mengapa kebanyakan dari kita sangat tersinggung sepanjang waktu? 

Sebagian karena kemarahan kita sekarang didokumentasikan secara publik. Dahulu orang-orang marah dan lalu melanjutkan hidup. Sekarang, orang-orang mengunggah di media sosial ketika mereka marah, yang lalu memicu lebih banyak lagi kemarahan. 

Kita juga harus ingat bahwa kita punya musuh sebenarnya yang memiliki misi untuk mencuri, membunuh, dan membinasakan. Dan amarah manusiawi kita masuk ke dalam rencana itu. 

 Tetapi apa yang kita lakukan dengan amarah itu bisa menjadi masalah. Bahkan, berikut adalah tiga cara amarah kita dapat menyebabkan kehancuran. 

  1. Amarah memisahkan kita. Kita semua pernah ada di situ. Anda melihat kerabat atau teman dekat membagi sesuatu yang tidak anda setujui, dan Anda langsung terpicu. Darah Anda mendidih, dan reaksi naluri Anda adalah membalas, menanggapi dengan kasar, atau memutuskan hubungan pertemanan dengan mereka. Tetapi ini masalahnya: Dunia yang terbagi membutuhkan gereja yang bersatu. Kita saling membutuhkan. Dan jika kita menutup pintu untuk orang-orang yang tidak sejalan dengan kita, maka kita merampas kesempatan diri untuk belajar, bertumbuh, dan membagikan kasih Allah. 
  2. Amarah mengalihkan perhatian kita. Kemarahan terkadang dapat mengganggu kita dengan urusan duniawi dan bukan dengan hal-hal yang bersifat kekal. Ini bukan berarti kita mengabaikan hal-hal yang dipedulikan Yesus atau secara pasif mengabaikan ketidakadilan yang menyakiti anak-anak Tuhan. Tetapi ini artinya kita tidak dapat membiarkan amarah kita menahan kita untuk mengasihi seperti Yesus. 
  3. Amarah merendahkan kita. Ketika kita terus menerus marah, orang tidak akan melihat kasih Yesus di dalam diri kita. Ya, kadang-kadang Yesus marah. Tetapi Dia dikenal karena kasih-Nya, bukan karena kemarahan-Nya. Kita tidak dipanggil untuk menjadi benar. Kita dipanggil untuk mengasihi. Jadi janganlah merendahkan kesaksian kita dengan membenarkan gagasan bahwa orang Kristen itu munafik, suka menghakimi, atau pahit. 

Mari lepaskan kemarahan yang menawan kita. Dan sebagai gantinya, mari kita menjadi seperti Kristus, yang tidak membiarkan amarah-Nya membawa dosa. Kasih-Nya cukup berkuasa untuk menutupi baik yang tertindas maupun yang menindas. Dan kita dipanggil untuk melakukan hal yang sama—untuk memperbaiki kesalahan tanpa meremehkan orang dan untuk mencari keadilan sambil juga menyukai belas kasihan. 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN DENGAN KASIH

HIDUP TANPA TERSINGGUNG

PERJUANGAN