MENCIPTAKAN KARAKTER YANG KUAT

 Cara Menciptakan Karakter yang Kuat Roma 12:12 TB [12] Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!  Paulus, penulis surat kepada Gereja di Roma, sering mendorong para jemaat di Roma di tengah-tengah penganiayaan dan kesulitan yang mereka alami. Paruh pertama surat Paulus mengoreksi beberapa pemikiran mereka, sedangkan paruh kedua berfokus pada karakter dan tindakan mereka. Dalam Roma 12, Paulus mendorong orang-orang percaya untuk menjadikan kasih sebagai motivasi utama mereka dalam melakukan segala hal. Saat kasih menjadi dasar dari diri mereka, maka Tuhan dapat memperbarui dan mengubah setiap bidang kehidupan. Ketika mereka mengizinkan Tuhan untuk mengubah karakter mereka, saat itulah mereka dapat bersukacita dalam pengharapan, sabar dalam kesesakan, dan bertekun dalam doa.  Umat Kristiani memiliki pengharapan yang unik di dalam Yesus–kita tahu bahwa Yesus menang atas dosa dan suatu hari akan kembali untuk memperbarui segalanya...

AKAR DARI IRI HATI

 


Hari 5—Akar dari Iri Hati

Mazmur 84:10-12 (TB)  (84-11) Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik. 

(84-12) Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. 

(84-13) Ya TUHAN semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu! 

Sulit bagi pikiran kita yang terbatas untuk memahami kelimpahan yang ada di dalam Kristus. Kita takut "berkat" atau nasib baik akan habis, atau mungkin Allah akan lupa akan diri kita. Kita ingin dilihat, diperhatikan, diselamati. Namun ketika kita melihat orang lain diberkati ini membangkitkan iri hati kita dan kita bertanya-tanya apakah Dia benar mengasihi kita.

Iri hati tidak dilahirkan dari perasaan memandang rendah atas berkat orang lain. Itu adalah buah dari iri hati. Saya yakin bahwa akar dari iri hati adalah tidak percaya kepada Allah.

Saya bisa melacak iri hati kembali ke kekecewaan dan mungkin amarah terhadap Allah. Bukan karena saya merasa frustasi karena orang lain memilki sesuatu yang tidak saya miliki. Saya merasa frustasi karena Allah belum atau kelihatannya tidak akan memberikan saya apa yang saya pikir layak saya dapatkan, dan jika saya benar-benar jujur, saya tidak percaya jika Ia tahu yang terbaik.

Tidakkah seharusnya Dia adalah Tuhan yang baik? Ketidakpercayaan kepada Allah muncul dari kurangnya pengenalan akan Dia dalam sifat alaminya; mengenal atau mengingat karakter-Nya yang sebenarnya. Dia baik tak terbatas. Dia berjanji untuk melakukan segalanya untuk kebaikan kita, namun kebaikan-Nya tidak bisa diukur dari pemberian akan apa yang kita mau. Itu bukanlah pola asuh yang bijaksana. Faktanya, penting untuk diingat bahwa Dia adalah kasih, jadi segala yang Ia lakukan bisa disaring dari sudut pandang itu.

Dia juga kaya tanpa batas. Mazmur berkata bahwa "punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung," yang artinya Dia memiliki segalanya dan Dia tidak akan pernah kehabisan. Percayakah Anda? Bisakah kita percaya bahwa Dia melihat gambar besar dari hidup kita dan mungkin ada hal-hal yang kita tidak begitu pahami? Mungkinkah apa yang Dia simpan untuk kita begitu jauh melampaui imajinasi kita yang paling liar? Apakah kita memiliki kepercayaan atas hal itu? Saya pernah mendengar orang berkata, "Anda bisa memiliki Tuhan, atau Anda bisa memiliki pengetahuan, tapi jarang Anda memiliki keduanya."

Mazmur 50:9-12 TB

[9] Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu, [10] sebab punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung. [11] Aku kenal segala burung di udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa-Ku. [12] Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya.

Apakah Tuhan cukup bagi kita?

Mencapai tempat perhentian dimana Tuhan itu cukup datang dari pengetahuan akan sifat bawaan-Nya. Mengenal sifat bawaan-Nya berasal dari menghabiskan waktu dalam hadirat-Nya, untuk mengenal-Nya dengan lebih baik. Seperti yang Brennan Manning katakan, "Anda akan percaya pada Tuhan sebanyak Anda mengasihi-Nya. Dan Anda akan mengasihi-Nya sampai batas Anda menjamah Dia, bukan karena Dia menjamah Anda."

Disini kita belajar bahwa Dia tidak menahan-nahan dari kita atau menghukum kita. Dia adalah Bapa yang baik, dan Dia rindu untuk memberkati anak-anak-nya. Namun kelihatannya bisa berbeda dari yang kita harapkan. Jika kita bisa membiarkan perasaan iri hati, ragu, marah, dan frustasi mendorong kita menuju hati-Nya bukan menjauhinya, kita akan merasa bahwa Dia selalu memiliki rancangan yang jauh lebih besar daripada yang bisa kita bayangkan. Harapan kita bukan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Harapan kita adalah mencapai inti dari hati-Nya, tempat kepuasan yang sejati.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN DENGAN KASIH

HIDUP TANPA TERSINGGUNG

HATI TERIKAT PADA TUHAN,BUKAN HARTA